Postingan

Monologihati #03

Kiat kiat siasat, majas majas agung dilangitkan. Terselip untaian nama indah di sela ibu jari, mengadah kepada si pelepas gundah. Malam malam semu, gelap gelap menyejukkan, siapa sangka diri ini ala biasa begetar tatkala namamu meronta dari mulut. Riuh riuh gema, tetes air mata, mengalir tanpa ucap, menetes dipipi meluruhkan jerit nestapa. -AKSARA HITAM-

Monologihati #02

Lama sejak sajak itu ku tulis, sudah beribu kata ku langitkan, dan sekarang aku kembali, kembali dengan senyum. Tapi hanya sebagai lukisan, bukan nyata. Tak apa, setidaknya malam ku sudah lebih bahagia (sepertinya).  Monologihati, bolehkan aku sekedar mampir dimimpinya?— Sekedar bertemu walau bayang, berdoa agar nyata namun hilang. Jika kau izinkan, terima kasih. 

Monologihati #01

Senja dikala hujan, aku ingin bercerita tentang sejuta pilu. Tanpa ragu, ku mulai dari yang terdahulu. Senja, aku rindu. Iya, rindu si pemilik hati batu, aku tak tau sampai kapan aku harus terpaku. Meski aku mengerti dia tidak akan kembali. Senja, apa yang harus ku lakukan?. Menjauh? Melupakan? Atau apa senja? Ayo jawab!  Cukup semuanya, aku hanya ingin temu, tak apa jika kau tak ingin menjawabnya, biarlah aku menunggu sampai waktu berlalu.  -Aksara Hitam-

Biru

Gambar
Biru, mingiringi langkahmu Dengan semua sembilu pilu Yang tak ingin tau Biru, dekap tubuh lemah ini Untuk mengusir semua sepi Dan melupakan yang sudah berlari Biru, tetaplah biru Jangan pernah membisu Dan janganlah berlalu -Aksara Hitam-

Jari-Jemari

Gambar
Jarimu, iya aku rindu jarimu Jari yang begitu erat menggemgamku Saat itu, sayang, saat itu Jari yang menjadi tempat ternyaman Saat aku dirundung ancaman Dan kau merubahnya bak indahnya taman Tidak hanya itu, jarimu begitu sempurna Menyempurnakan dengan panorama Namun kini hanya mimpi sebuah diorama -Aksara Hitam-

Daun

Gambar
Daun, hijaunya sangat indah Melintirkan semua gundah Tanpa hiraukan resah Daun, wanginya menyejukan Menuntun untuk belajar melupakan Tuk jiwa yang enggan dibahagiakan Daun, kokohnya tak termakan waktu Mengajarkan arti untuk terus menyatu Tanpa kenal batas, begitu.  -Aksara Hitam-

01.01 Pagi

01.10 pagi Mata ini tak dapat terpejam lelap Mengingat mata yang menatap Penuh harap Bintang kian meredup sinarnya Menuju fajar yang tak hina Yang menepati janji saat malam tiba Hanya sendiri kini, dibalik selimut Diam-diam menutup mulut Yang mencoba menjerit lembut Untuk tuan, kembalilah pada ranah Pulang dengan arah Meski tanpa anak panah Menarilah dimimpiku saat ini Agar aku mampu menghilangkan sunyi Sepi yang memuncak berdiri sendiri, tiada arti -AKSARA HITAM-