Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

Monologihati #03

Kiat kiat siasat, majas majas agung dilangitkan. Terselip untaian nama indah di sela ibu jari, mengadah kepada si pelepas gundah. Malam malam semu, gelap gelap menyejukkan, siapa sangka diri ini ala biasa begetar tatkala namamu meronta dari mulut. Riuh riuh gema, tetes air mata, mengalir tanpa ucap, menetes dipipi meluruhkan jerit nestapa. -AKSARA HITAM-

Monologihati #02

Lama sejak sajak itu ku tulis, sudah beribu kata ku langitkan, dan sekarang aku kembali, kembali dengan senyum. Tapi hanya sebagai lukisan, bukan nyata. Tak apa, setidaknya malam ku sudah lebih bahagia (sepertinya).  Monologihati, bolehkan aku sekedar mampir dimimpinya?— Sekedar bertemu walau bayang, berdoa agar nyata namun hilang. Jika kau izinkan, terima kasih. 

Monologihati #01

Senja dikala hujan, aku ingin bercerita tentang sejuta pilu. Tanpa ragu, ku mulai dari yang terdahulu. Senja, aku rindu. Iya, rindu si pemilik hati batu, aku tak tau sampai kapan aku harus terpaku. Meski aku mengerti dia tidak akan kembali. Senja, apa yang harus ku lakukan?. Menjauh? Melupakan? Atau apa senja? Ayo jawab!  Cukup semuanya, aku hanya ingin temu, tak apa jika kau tak ingin menjawabnya, biarlah aku menunggu sampai waktu berlalu.  -Aksara Hitam-

Biru

Gambar
Biru, mingiringi langkahmu Dengan semua sembilu pilu Yang tak ingin tau Biru, dekap tubuh lemah ini Untuk mengusir semua sepi Dan melupakan yang sudah berlari Biru, tetaplah biru Jangan pernah membisu Dan janganlah berlalu -Aksara Hitam-

Jari-Jemari

Gambar
Jarimu, iya aku rindu jarimu Jari yang begitu erat menggemgamku Saat itu, sayang, saat itu Jari yang menjadi tempat ternyaman Saat aku dirundung ancaman Dan kau merubahnya bak indahnya taman Tidak hanya itu, jarimu begitu sempurna Menyempurnakan dengan panorama Namun kini hanya mimpi sebuah diorama -Aksara Hitam-

Daun

Gambar
Daun, hijaunya sangat indah Melintirkan semua gundah Tanpa hiraukan resah Daun, wanginya menyejukan Menuntun untuk belajar melupakan Tuk jiwa yang enggan dibahagiakan Daun, kokohnya tak termakan waktu Mengajarkan arti untuk terus menyatu Tanpa kenal batas, begitu.  -Aksara Hitam-

01.01 Pagi

01.10 pagi Mata ini tak dapat terpejam lelap Mengingat mata yang menatap Penuh harap Bintang kian meredup sinarnya Menuju fajar yang tak hina Yang menepati janji saat malam tiba Hanya sendiri kini, dibalik selimut Diam-diam menutup mulut Yang mencoba menjerit lembut Untuk tuan, kembalilah pada ranah Pulang dengan arah Meski tanpa anak panah Menarilah dimimpiku saat ini Agar aku mampu menghilangkan sunyi Sepi yang memuncak berdiri sendiri, tiada arti -AKSARA HITAM-

Kertas Lusuh

Kucoretkan kertas lusuh itu Mengadu atas semua pilu Yang menyesakkan ragaku Kucoretkan kertas lusuh itu Perihal rindu yang tak kunjung temu Hanya sebuah imajinasi yang semu Kucoretkan kertas lusuh itu Sembari kulangitkan doa untukmu Wahai jiwa yang ragu -Aksara Hitam-

JAKET HITAM

Padamu, si tuan berjaket hitam Dariku,  si jiwa sedih yang terpendam Dan, untuk ingat yang tak kunjung  padam Kisahnya kini sudah seperti warna jaketmu Hitam, dan tak tau jemu Menanti kembali ke rumah namun semu Pada setiap untaian majasku Yang indah namun tak membuatmu terpaku Hanya membisu dengan hati yang kaku -Aksara Hitam-

Puan yang Luka

Hariku kian nestapa Pada rindu yang tidak menyapa Untuk jiwa yang tak kunjung lupa Menjaganya lewat udara Yang tertuju pada tuan di utara Kudendangkan rindu dan lara Haram bagiku untuk pulih Dari ribuan rasa perih Pada sukma yang sedih -Aksara Hitam-

JAKARTA

Malam ini, Jakarta ceria Tanda tak sedu datang sejak fajar menyapa Hingga jingganya senja lebur Namun hati itu tak tau rasa Merindu pada arah yang fana Tak berujung nampaknya Berulang kali pada rasa yang sama Tak jemu tak luntur jua Tak ada kapoknya Sesaknya pun tak berarti Memendam sendiri tiada henti Mengungkapkan juga tak diindahkan Cukuplah seperti Jakarta hari ini Ceria tanpa sedih dipelupuknya Tanpa sakit didadanya Jakarta : bawalah rindu ini -Aksara Hitam-

Senja 1

Senja " Si Pelipur Lara " Sebuah kata, 3 konsonan dan 2 huruf hidup Jingganya membahagiakan Harumnya mengingatkan pada HARAPAN yang pernah menjadi KENYATAAN Senja juga tak selamanya membahagiakan Ia juga bisa mengecewakan, ketika rindu yang kau titipkan untuk si tuan yang FANA tak pernah terbalas, Atau mungkin tersampaikan pun TIDAK -Aksara Hitam-

Mula-mula

Perkenalkan, nama saya Dinda Ayu Putri, seorang pelajar disalah satu SMA negeri di Jakarta Selatan, umur saya baru 15 tahun. Iya, saya lahir di Jakarta pada 22 Desember 2003. Saya disini hadir untuk menuangkan tulisan saya, tentang apa yang sedang saya alami dan resahkan. Memang, tidak bagus, mungkin. Tapi saya yakin, apapun yang saya lakukan itu lah yang terbaik untuk diri saya. Kenal lebih dekat dengan saya di  Instagram :   instagram.com/dndayuptr Salam. -Aksara Hitam-